Kejujuran dan Kasih Sayang Rasulullah saw.


Nabi Muhammad saw. “al-Amin “
Nabi Muhammad saw. sejak kecil sudah menjadi yatim piatu. Oleh sebab itu  beliau sangat mencintai anak yatim dan menganjurkan umatnya untuk merawat, mendidik dan mencintai anak yatim.

Di samping itu nabi Muhammad saw.  terkenal sangat jujur. Sikap jujur tersebut sudah diperlihatkan sebelum beliau diangkat menjadi rasul. Pada usia remaja, beliau diminta bantuan oleh pamannya untuk membawa barang dagangan Siti Khadijah binti Khuwailid yang kaya dan dihormati di kota Mekah. 

Pada usia tiga puluh lima tahun nabi Muhammad saw. bersama-sama dengan orang-orang Quraisy diminta untuk memperbaiki Ka’bah.  Ketika pembangunan sudah sampai ke bagian Hajar Aswad, bangsa Quraisy berselisih tentang siapa yang mendapatkan kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula. Pada akhirnya mereka sepakat menunjuk Muhammad saw. sebagai orang yang tepat untuk melakukan hal tersebut.


Rasulullah pun kemudian menyarankan suatu jalan keluar yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh mereka. Beliau mengambil selembar selendang, kemudian Hajar Aswad itu diletakkan di tengah-tengan selendang tersebut. Beliau lalu meminta seluruh pemuka kabilah yang berselisih untuk memegang ujung-ujung selendang itu. Mereka kemudian mengangkat Hajar Aswad itu bersama-sama. Setelah mendekati tempatnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-lah yang kemudian meletakkan Hajar Aswad tersebut.

Ini merupakan jalan keluar yang terbaik. Seluruh kabilah setuju dan meridhai jalan keluar ini. Mereka pun tidak jadi saling menumpahkan darah. Sejak saat itu beliau dikenal di antara kaumnya dengan sifat-sifat yang terpuji. Para sahabat dan pengikutnya sangat menghormati dan mencintai  beliau, sehingga beliau diberi gelar “al-Amin”, artinya orang yang dapat dipercaya.

Kasih Sayang Rasulullah saw. terhadap Anak, Keluarga, Orang tua dan Masyarakat
Selain memiliki sifat jujur dalam berdagang dan bergaul, Rasulullah saw. pun sayang terhadap keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Pada zaman Jahiliyah, penduduk Mekah tidak  menghargai anak perempuan. Namun nabi Muhammad saw. justru menggendong putrinya Fatimah yang masih balita sambil tawaf mengelilingi Ka’bah. Begitu pula setelah Fatimah dewasa dan dikaruniai anak;  Rasulullah saw. menyayangi cucunya yang bernama Hasan dan Husein. 

Sebagaimana dikisahkan dalam hadis beliau yang artinya  berikut ini.
Nabi Muhammad saw. mencium cucunya Hasan bin Ali r.a., sedangkan di dekat beliau ada Aqra’ bin Habis. Aqra’ berkata: “Aku mempunyai sepuluh anak, tetapi aku tidak pernah mencium seorang pun di antara mereka.” Mendengar hal itu, Rasulullah saw. memandang Aqra’ lalu bersabda: "Barangsiapa tidak mau berbelas kasih, maka ia tidak akan mendapatkan belas kasih.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).

Selain ayat di atas  hadi£ Rasulullah saw., mengajarkan pula untuk hormat kepada Orangtua yang artinya berikut ini.
“Aku (Ibnu Mas’ud) pernah bertanya kepada nabi saw..:”Amal apakah yang paling disukai oleh Allah Swt.?” Nabi saw. bersabda: “ Mengerjakan  salat tepat pada waktunya.” Aku bertanya lagi: “Kemudian apa?” Nabi saw. menjawab: “Berbaktilah kepada kedua orangtua.” Aku kembali bertanya: “Lalu apa lagi?” Nabi saw. menjawab: “Jihad fisabilillah.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah saw. tidak pernah menyakiti hati orang lain. Hal itu dapat dibuktikan dalam hadis beliau yang artinya: “ Barangsiapa yang beriman kepada Allah Swt. dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).

Kepedulian Rasulullah saw. terhadap Lingkungan
Kepedulian Rasulullah saw. bukan hanya pada ibadah seperti  salat, tetapi beliau pun peduli terhadap lingkungan hidup. Hal itu tercermin pada perilaku beliau antara lain, yaitu:
  1. Nabi Muhammad saw. sangat hemat dalam  mempergunakan air; itu dibuktikan pada anjuran beliau agar tidak berlebihan dalam pemakaian air dalam berwudhu.
  2. Nabi Muhammad saw. mengajarkan agar tidak melakukan kerusakan di  muka bumi ini.
Nabi Muhammad saw. sebagi Pembawa Rahmat bagi Alam Semesta
Tujuan dakwah nabi Muhammad saw. adalah untuk mengubah keadaan masyarakat Jahiliyah menjadi masyarakat yang sejahtera berdasarkan agama Tauhid. Misi kedamaian dan kesejahteraan hidup  tersebut bukan hanya bagi bangsa Arab ketika itu, tetapi bagi seluruh alam sampai sekarang dan akhir zaman.Nabi Muhammad saw. selain mengajak kaumnya untuk mengutamakan kemurnian aqidah dan selalu menyembah Allah Yang Maha Esa. 

Beliau juga menanamkan akhlak terpuji yang membawa kebaikan manusia hidup di dunia hingga akhirat. Salah satu sifat terpuji yang dapat kita cermati, ketika beliau dan pengikutnya hijrah ke kota Madinah adalah beliau mampu menanamkan sikap persaudaraan antara kaum pendatang (Muhajirin) dengan kaum Anshor; sehingga mereka saling menolong untuk menciptakan daerah yang tertib dan aman. Di samping itu masyarakat berperilaku sopan santun  sesuai ajaran Rasulullah saw.