Cara yang Digunakan Oleh Wali Songo/Ulama Lainnya dalam Menyebarkan Islam


Agama Islam berkembang di Indonesia karena adanya peran para ulama yang dengan gigih menyebarkan ajara Islam. Ulama yang datang ke Indonesia tersebar mulai dari pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Cara penyebaran Islam yang dilakukan Wali Songo sangat menarik. Mereka mampu menggunakan metode-metode yang memudahkan ajaran Islam diterima oleh berbagai golongan masyarakat. Misalnya, dengan menggunakan sarana-sarana yang telah dikenal dalam masyarakat, antara lain melalui pendekatan kebudayaan, seperti pertunjukan wayang.

Bermain Wayang

Dalam sejarahnya di Indonesia, wali mempunyai peranan sebagai berikut.
  1. Menjadi guru agama atau mubalig yang bertugas menyiarkan agama. Biasanya mereka mendirikan masjid dan pesantren, yakni tempat orang berkumpul memperdalam ajaran agama.
  2. Menjadi penasihat raja, bahkan ada yang menjadi raja, sehingga wali diberi gelar Sunan, suatu gelar yang dipergunakan oleh para raja di Jawa.
  3. Menjadi panutan masyarakat atau tokoh agama.
  4. Memberi doa restu atau memimpin upacara dan ibadah.
  5. Sebagai pengembang kebudayaan setempat yang disesuaikan dengan kebudayaan Islam.
  6. Sebagai ahli siasat perang.

Cara-cara yang digunakan oleh Wali Songo/ulama dalam menyebarkan agama Islam antara lain sebagai berikut.
a. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim atau Syeh Maulana Maghribi)
Pada tahun 1404 ia tiba di Jawa dari pasai dan menetap di Leran, Gresik. Dengan kehalusan budi pekerti dan kedermawanannya ia mengajarkan agama Islam mulamula kepada para murid yang kebanyakan adalah para pedagang dari Gujarat. Pada tanggal 9 April 1419 ia wafat dan dimakamkan di Gresik. Berkat jasanya, Gresik menjadi pusat penyiaran agama Islam di Jawa Timur.

b. Sunan Ampel (Raden Rakhmad atau Sayid Ali Rahmatullah)
Ia didatangkan dari Campa oleh Raja Kertabumi pada zaman Majapahit. Oleh raja ia ditugaskan untuk memperbaiki akhlak rakyat Majapahit yang mulai rusak. Ia mendirikan pondok pesantren di Ampeldenta, Surabaya. Sunan Ampel menyebarkan agama Islam di Surabaya dan sekitarnya. Meninggal pada tahun 1481 dan dimakamkan di Ampel.

c. Sunan Bonang (Raden Makhdum Ibrahim)
Semasa muda, ia belajar agama Islam di Pasai. Sekembali dari Pasai, ia mendirikan pesantren di Tuban. Disebut Sunan Bonang karena dalam melakukan dakwah ia mempergunakan bonang (salah satu instrumen jawa) untuk menarik orang supaya datang. Ia meninggalkan karya sastra, yaitu “Primbon Sunan Bonang”.

d. Sunan Gunung Jati
Ia mempunyai sebutan nama yang banyak antara lain: Fatahillah, Faletehan, Syarif Hidayatullah, dan Muhammad Nurudin. Sunan Gunung Jati belajar agama Islam di Mekah dan Bagdad, dalam perjalanannya ke Jawa, singgah di Gujarat dan Pasai. Mula-mula ia menyebarkan agama Islam di Demak, selanjutnya meluasnya ke wilayah Jawa Barat (Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon). Sunan Gunung Jati berjasa dalam mendirikan kerajaan Islam, Banten dan Cirebon.

e. Sunan Drajat (Raden Syarifuddin atau Masih Munat)
Ia mempelajari agama Islam dari para wali pendahulunya. Sunan Drajat mendirikan pesantren di Dusun Drajat, Paciran, Lamongan. Untuk memasyarakatnya ajaran agama Islam, ia mengubah syair-syair pangkur (tembang Jawa). Selain itu, ia juga mempergunakan gamelan Jawa sehingga lebih menarik bagi penduduk pribumi. Sisi lain daya tarik pribadinya adalah perhatiannya kepada orang miskin, yatim piatu, dan orang-orang terlantar.

f. Sunan Giri (Raden Paku atau Sultan Abdul Faqih)
Belajar agama Islam pertama kali di Ampel, kemudian melanjutkan ke Pasai bersama Sunan Bonang. Ia mendirikan pesantren “Prabu Giri Satmata” di Sidomukti, Gresik. Dalam menyebarkan agama, ia menciptakan lagu-lagu dolanan yang bernapaskan Islam, seperti Jamuran, Ilir-Ilir, dan Cublak-Cublak Suweng.

g. Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid atau Raden Setya)
Semasa muda ia berguru pada Sunan Bonang, sehingga dalam berdakwah ia menggunakan gaya Sunan Bonang, yakni mempergunakan wayang dan gamelan. Jawa untuk menarik massa dan menanamkan ajaran-ajarannya di hati masyarakat Jawa. Ia mendirikan pesantren di Kadilangu, Demak dan mendapatkan banyak murid. Murid-muridnya yang terkenal, yaitu: Ki Ageng Pandanaran, Sunan Goseng, Empu Supa, dan Syekh Domba.

h. Sunan Kudus (Ja’far Shidiq)
Pernah belajar agama Islam di Arab. Seusai belajar agama, ia mendirikan pesantren di Kudus. Ia seorang pujangga Islam yang menguasai berbagai ilmu keagamaan, terutama tauhid, hadis, dan fiqih. Ia juga berhasil meluruskan ajaran Islam yang diselewengkan oleh beberapa tokoh seperti Syekh Siti Jenar, Kebo Kenanga, dan Ki Ageng Pengging.


i. Sunan Muria
Bersama Sunan Kudus, ia pernah berguru kepada Ki Ageng Ngerang. Seusai mempelajari agama Islam, ia mendirikan padepokan di kaki Gunung Muria, tempat menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada para muridnya yang terdiri atas rakyat jelata dan orang-orang sederhana pedesaan di sekitar Jepara. Ia juga mempergunakan gamelan Jawa untuk menarik massa, dan menciptakan syair-syair tembang kinanthi dan sinom yang memuat ajaran agama agar lebih mudah diterima dan diresapkan oleh orang-orang sederhana.

Ulama Lain
Selain ada Wali Songo yang tugasnya menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, masih ada ulama setempat, di antaranya sebagai berikut.
  1. Dato’ri Bandang (Abdul Makmur Khatib Tunggal) berasal dari Minangkabau.
  2. Dato’ri Patimang (Khatib Sulaiman): mengislamkan Kerajaan Luwu (Palopo).
  3. Dato’ri Tito (Khatib Bungsu): mengislamkan wilayah Bulu Kumba.
  4. Tua Tanggang Parang dan Raja Aji Langgar, mengislamkan Kutai (Kalimantan Timur).
  5. Syekh Abdul Muhyi: menyiarkan agama Islam di Pamijahan, Tasikmalaya.
  6. Ki Gede Ing Suro: berasal dari Surabaya, mengislamkan Palembang.
  7. Syekh Yusuf (Yusuf Tajul Khaiwati): dari Makasar menjadi mufti di Kerajaan Banten pada masa Sultan Ageng Tirtayasa.
  8. Syekh Burhanuddin: dari Ulakan (Minangkabau), merupakan pelopor Islam di Sumatera Barat.
  9. Kiai Dukuh (Pangeran Kasunyatan): guru agamanya Maulana Yusuf (Sulatan
  10. Banten).
  11. Syekh Siti Jenar (Syekh Lemah Abang) ahli tasawuf yang mati dihukum bakar.
  12. Sunan Geseng (Ngabehi Ckrajaya): mengislamkan Bagelan (Kedu).
  13. Sunan Tembayat (Ki Ageng Pandanaran): mengislamkan Klaten.
  14. Syekh Domba: mengislamkan Salatiga.
  15. Sunan Panggung: mengislamkan Tegal.
  16. Ki Ageng Juru Martani: mengislamkan Gunung Kidul.
  17. Ki Ageng Pamanahan: mengislamkan Yogyakarta.
  18. Ki Ageng Gribig: mengislamkan Jatinom.
  19. Sayid Usman: mengislamkan Jakarta.
  20. Syekh Abdul Samad: mengislamkan Palembang.
  21. Syekh Nawawi: mengislamkan Banten.
  22. Syekh Arsyad: mengislamkan Banjarmasin.
  23. Syekh Said dari Pasai: mengislamkan petani.

0 Response to "Cara yang Digunakan Oleh Wali Songo/Ulama Lainnya dalam Menyebarkan Islam"

Post a Comment