Bentuk-Bentuk Zat Adiktif dan Psikotropika


Zat adiktif adalah zat yang dapat mengakibatkan kecanduan (adiksi) atau yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, yang dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku seseorang. Psikotropika disebut juga obat psikoaktif. Zat adiktif dan psikotropika sering disebut juga dengan narkoba atau napza. Narkoba singkatan dari narkotika dan obat-obat terlarang. Adapun, napza singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.




1. Zat Adiktif
a. Rokok
Tembakau atau Nicotiana Tabacum L.mengandung suatu senyawa psikoaktif yang disebut nikotin. Kadar nikotin dalam tembakau berkisar dari 1-4%. Dalam satu batang rokok terdapat nikotin ± 1,1 mg. Pada waktu rokok diisap, tersedot pula hasil pembakaran (pirolisis) yang berupa CO2, CO, polycyclic aromatic hydrokarbon (PAH), tar, N2O, amonia, asetaldehida, partikulat, dan ada pula ± 4.000 macam senyawa. Sebagian besar nikotin terbakar ketika dirokok, tetapi sekitar 0,25 mg per batang rokok sampai ke paru-paru.

Beberapa zat dalam rokok yang berbahaya terhadap kesehatan, antara lain sebagai berikut.
  1. Karbon monoksida (CO) adalah gas yang sangat beracun, mudah terikat pada hemoglobin, sehingga mengurangi kemampuan darah mengikat oksigen.
  2. PAH (Polycyclic Aromatic Hydrokarbon); uap PAH dapat menyebabkan kanker.
  3. Tar adalah cairan kental berwarna coklat, dapat menumpuk dan mengganggu kinerja paru-paru. Ada sekitar 30 jenis senyawa yang terdapat dalam tar yang diduga dapat menyebabkan kanker.
  4. Nikotin, bersifat racun dan dapat menyebabkan ketagihan (adiksi). Nikotin dapat menyebabkan munculnya berbagai macam penyakit seperti: kanker paru-paru, jantung koroner, arteriosklerosis, dan nafsu makan menurun.
Ciri-ciri fisik perokok, antara lain sebagai berikut.
  1. sering batuk-batuk,
  2. wajah terlihat kusam karena pengaruh asap rokok,
  3. gigi kuning dan napas berbau rokok,
  4. kuku kotor karena nikotin,
  5. bibir biru kehitaman,
  6. mulut dan keringat berbau rokok.
Cara-cara pencegahan dari ketergantungan pada rokok
Prinsip utama untuk terbebas dari rokok adalah niat untuk berhenti merokok. Adapun cara-cara untuk mencegah ketergantungan pada rokok, antara lain sebagai berikut.
  1. secara bertahap berhenti untuk merokok dengan mengurangi konsumsi rokok,
  2. menyadari bahaya rokok bagi kesehatan,
  3. akibat merokok berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain di sekitarnya,
  4. merokok berimbas untuk mengenali obat-obat berbahaya lainnya, misalnya psikotropika.
b. Minuman Keras (Alkohol atau Etanol)
Minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol atau etanol (C2H5OH). Menurut keterangan berbagai sumber, minuman beralkohol sudah dikenal manusia sejak ± 5.000 tahun yang lampau. Di sebagian daerah yang ada di Indonesia ada beberapa minuman lokal yang beralkohol, misalnya tuak, ciu, dan arak.

Penggolongan minuman keras
Menurut peraturan Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, minuman keras dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan kadar alkohol di dalamnya, yaitu sebagai berikut.
  1. Golongan A: kadar etanol 1-5%, contoh: bir
  2. Golongan B: kadar etanol 5-20%, contoh: anggur
  3. Golongan C: kadar etanol 20-45%. contoh: vodka, wiski dan lain-lain.
Adapun etanol mempunyai khasiat menekan aktivitas susunan saraf pusat. Dalam jumlah sedikit, mula-mula akan menekan pusat inhibisi (pusat pengendalian diri), sehingga etanol berkhasiat seolah-olah merangsang susunan sarat pusat. Akibat menekan pusat inhibisi, rasa malu-malu akan berkurang, peminum akan lebih berani bicara, merasa santai, dan tidak merasakan kecemasan.

Dalam jumlah yang lebih banyak, peminum akan sempoyongan, bicaranya cedal (bahasa Jawa:pelo), dan kemampuan menilai sesuatu akan berkurang untuk sementara waktu. Dalam jumlah yang lebih banyak lagi dapat menyebabkan koma, bahkan kematian. Jika kebiasaan minum dihentikan, maka akan menimbulkan berbagai gangguan fisis maupun psikis, misalnya tangan, lidah, dan kelopak mata bergetar, mual, rasa lesu, detak jantung bertambah cepat, berkeringat, resah, sedih, mudah tersinggung, berbicara di luar kesadaran (delirium), kehilangan daya ingat (amnesia), dan halusinasi pendengaran dan penglihatan.

Kebanyakan minum minuman keras dalam waktu yang lama dapat menyebabkan antara lain kanker hati (cirrhosis hepatitis), kerusakan pada otak dan jantung, kerusakan lambung (gastritis), daya ingat turun, gangguan jiwa, koordinasi motorik terganggu, dan sikap nekat bertambah

Adapun, ciri-ciri fisik seseorang yang mengalami ketergantungan pada minuman keras, antara lain sebagai berikut.
  1. Bibir biru kehitaman.
  2. Gigi berwarna coklat.
  3. Muka merah.
  4. Mata cekung.
  5. Badan tidak terlihat segar dan tidak energik/malas.
  6. Napas berbau alkohol.
  7. Berat badan tidak normal, biasanya terlihat kurus.
Cara-cara pencegahan dari ketergantungan pada minuman keras
Kita sering mendengar peristiwa kejahatan yang terjadi akibat pelaku mabuk karena minum-minuman keras. Oleh karena itu, jangan sekali-kali mencoba minum-minuman keras walaupun hanya sedikit. Sebab walaupun hanya sedikit, efeknya sangat besar karena bersifat adiktif (candu). Adapun cara-cara mencegah ketergantungan pada minuman keras, antara lain sebagai berikut.
  1. Menolak pemberian apabila orang lain menawarkan minuman keras.
  2. Jangan sekali-kali mencoba minum-minuman keras karena bersifat adiktif (candu).
  3. Selalu ingat pada bahaya minuman keras.
2. Psikotropika dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan
Berdasarkan pada efek fisiologis dan efek perilaku yang ditimbulkan, psikotropika dibedakan menjadi stimulan, depresan, halusinogen, dan euforia. Zat-zat tersebut juga dapat menyebabkan ketergantungan (adiktif).
a. Stimulan
Stimulan membuat reaksi badan lebih aktif dan merasa mempunyai simpanan tenaga yang tidak terbatas. Sebenarnya stimulan tidak memberikan tenaga, tetapi hanya memberikan rangsangan untuk menggunakan energi (tenaga) lebih cepat,  sehingga stimulan sering disebut pil penggiat. Setiap zat stimulan akan meningkatkan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah.

Stimulan dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
  1. Stimulan lemah. Contoh: kafein (pada kopi, teh, cokelat, dan minuman cola), nikotin (pada rokok atau tembakau)
  2. Stimulan kuat. Contoh: amfetamin, metamfetamin, preludin, ritalin, kokain.
Pemberian stimulan yang berlebihan dapat menyebabkan:
  1. denyut jantung dan tekanan darah tidak beraturan,
  2. pendarahan otak,
  3. cacat otak menahun,
  4. paranoid, yaitu perasaan penderita yang merasa tersiksa dan dikejar-kejar orang, serta seringkali melakukan tindakan kekerasan.
b. Depresan
Depresan merupakan zat kimia atau obat yang dapat membuat orang lamban dan kadang-kadang membuatnya tidur. Setiap depresan mempunyai dua pengaruh, yaitu:

  1. Pengaruh fisiologis, yaitu pengaruh yang menyebabkan keinginan terus-menerus menaikkan dosis.
  2. Pengaruh psikologis, yaitu pengaruh yang menyebabkan kecanduan adiktif (ketergantungan fisik) pada obat. 
Contoh:
- heroin - metakuolan
- morfin - opium dan turunannya
- demerol - minuman keras (alkohol)
- metadon - beberapa senyawa hidrokarbon
- barbiturat (pil tidur) yang mudah menguap.

Penggunaan depresan secara berlebihan dapat menyebabkan:

  1. ketagihan (ketergantungan atau kecanduan),
  2. demam, kejang-kejang, koma,
  3. pingsan dan mati secara mendadak.

c. Halusinogen
Halusinogen merupakan zat yang mempunyai pengaruh menghancurkan dengan kuat persepsi penglihatan dan pendengaran, serta terjadi peningkatan respons emosional. Halusinogen menimbulkan halusinasi pada pemakainya.
Contoh: - meskalin (kaktus peyote)
- LSD (lisergic acid dietilamid)
- PCD (debu bidadari)
- STP (dimetoksimetil amfetamin)
- psilosibin (jamur)

Penggunaan halusinogen secara berlebihan dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut:
  1. Salah paham terhadap lingkungan yang diciptakannya.
  2. Seseorang berbuat nekat, misalnya: loncat dari gedung bertingkat, terjun ke dalam kobaran api, menenggelamkan diri ke laut, dan lain-lain.
  3. Melakukan tindak kekerasan dan agresif.
  4. Jiwa tidak normal.
d. Euforia
Euforia adalah zat atau obat yang memberikan rasa gembira. Euforia membuat pemakainya merasa nikmat dan melayang, contoh mariyuana dan ganja. Ganja tidak lain adalah bentuk mariyuana yang lebih terkonsentrasikan.

Penggunaan euforia dapat menyebabkan hal-hal berikut
  1. lambat bereaksi,
  2. lambat mengambil keputusan,
  3. merasa melayang-layang,
  4. ketidakpedulian pada lingkungan,
  5. hilang perhatian dan kemauan,
  6. panik, dan
  7. bertindak antisosial dan merusak tubuh.
Secara umum, ciri-ciri fisik ketergantungan pada psikotropika adalah sebagai berikut.
  1. Berat badan turun sehingga terlihat sangat kurus.
  2. Matanya sangat merah dan cekung.
  3. Rasa mual.
  4. Tekanan darah tidak teratur.
  5. Kelainan jantung.
  6. Banyak berkeringat, kadang-kadang kekurangan cairan.
  7. Nafsu makan berkurang.
  8. Denyut nadi meningkat.
Adapun ciri-ciri psikologis ketergantungan terhadap psikotropika antara lain sebagai berikut.
  1. Suka menyendiri dan lebih suka tinggal di kamar.
  2. Pendiam dan tertutup.
  3. Takut pada air atau sinar matahari.
  4. Ketagihan atau sakau.
  5. Kurang bertanggung jawab dan suka berbohong.
  6. Sering gelisah dan emosional.
Seperti halnya pada minuman keras, ketergantungan terhadap psikotropika dapat disembuhkan dengan niat sungguh-sungguh untuk tidak memakai lagi dan merehabilitasi pemakai dari ketergantungan psikotropika. Rehabilitasi meliputi menghilangkan racun (detoksifikasi) dan pengobatan untuk menghilangkan ketergantungan terhadap psikotropika. Selain penyembuhan, yang lebih penting lagi adalah menjaga dirimu tidak terlibat penyalahgunaan napza. Untuk itu perhatikan upaya berikut.
  1. Selalu berdoa dan mohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Menanamkan motivasi kuat tidak akan mencoba napza.
  3. Memilih teman yang baik dalam bergaul.
  4. Selalu berkomunikasi dengan orang tua atau guru di sekolah.
  5. Aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan yang positif.
  6. Ikut mendukung gerakan anti napza.


0 Response to "Bentuk-Bentuk Zat Adiktif dan Psikotropika"

Post a Comment