Puisi "Krawang Bekasi" Oleh Chairil Anwar






Krawang Bekasi
Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Karawang–Bekasi
tidak bisa teriak merdeka dan angkat tangan lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
terbayang kami maju dan bertegak hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan
arti 4–5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai-nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan
kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening dimalam sepi
Jika dada rasanya hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Kami terbaring antara Krawang–Bekasi


Mendengarkan pembacaan puisi terkait dengan kegiatan berapresiasi terhadap karya sastra. Dalam mengapresiasi karya sastra, seorang apresiator harus memiliki kemampuan untuk menyimak halhal terpenting dalam puisi. Di antaranya mengetahui tema, makna, gaya bahasa, diksi, rima, irama, dan amanat. Tetapi, si pembaca puisi pun harus memiliki kemampuan membaca puisi yang baik. Tips membaca puisi yang baik adalah membaca puisi harus dengan pelafalan, intonasi, dan ekspresi yang baik. Ketiga bagian ini berhubungan erat dan memerlukan latihan yang benar. Hal itu disebabkan kebenaran dalam pelafalan, intonasi, dan ekspresi akan membantu menyampaikan pesan penyair kepada pendengar. Pesan penyair yang terdapat dalam rentetan kata-kata yang ditulisnya, tentu ada yang eksplisit dan implisit. Jika si pembaca benar dalam pelafalan dan intonasinya maka nada, perasaan, dan citraan dalam sajak itu akan terungkap.

Lafal dalam pembacaan puisi erat kaitannya dengan gerak suara pada bagian tubuh yang akan mengeluarkan suara. Kualitas vokal akan terbantu jika lafal benar. Lafal erat kaitannya dengan peralatan alat ucap, yaitu bibir yang membentuk huruf m-b-p. Lidah yang membentuk huruf c-d-l-n-r-s-t. Rahang juga diperlukan untuk membentuk suara wawawaatau yayaya. Langit-langit akan membentuk m-ka-ng. Selain melatih alat agar elastis mengeluarkan pelafalan yang benar, seorang pembaca puisi harus berlatih olah vokal, yaitu A-I-U-E-O.

Ekspresi dilatih melalui olah sukma, olah rasa, dan olah penghayatan terhadap makna yang dibuat penyair dalam sajak tersebut. Refleksi batin akan keluar dan terlihat oleh penggemar melalui ekspresi wajah, reaksi tangan, dan gerak tubuh. Latihannya selain harus memperkaya dari bahan bacaan, pengalaman atau berkontemplasi dengan kenyataan. Ekspresi dapat dilatih dengan senam wajah, senam badan, dan melatih pernapasan.