Peranan Pers di Jaman Belanda


Pers, entah itu berupa surat kabar atau majalah, mempunyai peranan penting dalam penyebaran informasi. Menyadari pentingnya peranan pers, para pendiri organisasi pergerakan nasional menerbitkan majalah atau surat kabar yang digunakan sebagai sarana menyebarluaskan semangat nasionalisme dan perjuangan bangsa, serta sikap persatuan dan kesatuan bangsa. Organisasi pergerakan nasional itu berharap, agar dengan membaca surat kabar atau majalah dapat tumbuh rasa nasionalisme dan mempunyai sikap anti terhadap penindasan dalam diri masyarakat Indonesia. Dengan demikian, muncullah dukungan masyarakat terhadap organisasi pergerakan nasional tersebut.


Salah satu surat kabar terkenal di Jawa adalah Darmo Kondo. Surat kabar ini dibeli oleh Boedi Oetomo sekitar tahun 1910 dari penerbit Cina. Sebelum dibeli Boedi Oetomo cabang Surakarta, surat kabar Darmo Kondo diterbitkan oleh Tan Tjoe Kwan. Melalui Darmo Kondo ini, Boedi Oetomo menyebarluaskan cita-citanya kepada masyarakat.

Pada tanggal 26 Januari 1913, surat kabar Oetoesan Hindia lahir di bawah pimpinan H.O.S Tjokromaninoto. Surat kabar milik SI (Sarekat Islam) ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan pergerakan nasional, politik, ekonomi, dan perburuhan yang dipimpin oleh Central Sarikat Islam. Banyak tokoh pergerakan menulis di surat kabar ini, antara lain H.O S. Tjokroaminoto, Abdul Muis, H. Agus Salim, dan Alimin Prawirohardjo. Surat kabar milik SI lainnya adalah Sinar Djawa (Semarang), Pantjaran Warta (Betawi) dan Saroetomo (Surakarta).

Para pendiri Indische Partij menerbitkan majalah Het Tijdschrift dan surat kabar harian De Express. Baik dalam Het Tijdschrift dan De Express terdapat tulisan-tulisan Douwes Dekker. Meskipun majalah dan surat kabar itu terbit dalam bahasa Belanda namun isinya, terutama berhubungan dengan masa depan Hindia Belanda. Pokok-pokok pikiran yang diungkapkan dalam tulisan-tulisan itu ternyata kemudian merupakan landasan kesatuan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Para mahasiswa Indonesia di negeri Belanda yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia menerbitkan majalah Indonesia Merdeka. Majalah ini terbit dalam dua bahasa, yaitu bahasa Belanda dan bahasa Indonesia. Corak Indonesia Merdeka dengan karangan-karangannya merupakan aksi untuk mencapai tujuan PI, terutama untuk memperkuat cita-cita kesatuan Bangsa Indonesia. Majalah Indonesia Merdeka inilah yang menggunakan kata Indonesia dalam kata pengantar nomor pertama terbitannya. Indonesia Merdeka membawakan suara nasionalisme Indonesia.

Beberapa surat kabar yang berperan membawa suara organisasi pergerakan nasional antara lain: De Locomotief(Boedi Oetomo), Bataviaasch Nieuwsblad (Boedi Oetomo), Jong Indie (Boedi Oetomo), Darmo Kondo(Boedi Oetomo), Oetoesan Hindia (Sarikat Islam), Sinar Djawa(Sarikat Islam), Pantjaran Warta (Sarikat Islam), Saroetomo(Sarikat Islam), De Express (Indische Partij), Kaoem Moeda (Indische Partij), Tjahaja Timoer (Indische Partij), De Indier (Indische Partij), dan Indonesia Merdeka (Perhimpunan Indonesia).

Perkembangan pers berbahasa daerah atau Melayu menimbulkan pemikiran di kalangan pemerintah Belanda untuk menetralkan pengaruh pers bumiputra. Mengapa demikian? Karena pers bumiputra menduduki tempat yang lebih penting daripada pers Eropa. Hal itu terjadi terutama setelah berdirinya Boedi Oetomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij. Bagaimana cara menetralkan pers bumiputra? Untuk menetralkan pers bumiputra itu, pemerintah mendirikan surat kabar berbahasa Melayu dan memberikan bantuan kepada penerbit surat kabar yang dinilai lemah dalam pemberitaannya.