Kedatangan Bangsa Jepang


Dalam Perang Dunia II (1939-1945), Jepang bergabung dengan Jerman dan Italia melawan Sekutu. Sekutu terdiri dari Amerika, Inggris, Belanda, dan Perancis. Pada tanggal 8 Desember 1941 pasukan Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbour (Hawai). Terjadilah Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya. Dalam waktu singkat, pasukan Jepang menyerbu dan menduduki Filipina, Myanmar, Malaya, Singapura, dan Indonesia.




Ketika masuk wilayah Indonesia, pertama-tama Jepang menduduki daerah penghasil minyak seperti Tarakan, Balikpapan, dan Palembang. Kemudian perhatian Jepang diarahkan untuk menguasai Pulau Jawa. Tanggal 1 Maret 1942 pasukan Jepang berhasil mendarat di tiga tempat secara serempak di Pulau Jawa, yaitu di Teluk Banten, Eretan Wetan (Pantura), dan Pasuruan (Jawa Timur). Tanggal 5 Maret 1942 pasukan Jepang sudah berhasil menguasai Batavia.

Jembatan Merah Surabaya


Tanggal 8 Maret 1942 Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda Letjen Ter Poorten atas nama Angkatan Perang Sekutu menyerah tanpa syarat kepada Angkatan Perang Jepang yang dipimpin Letjen Hithoshi Imamura. Upacara serah terima ditandatangani di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Pasukan Jepang disambut dengan sukacita penuh harapan oleh rakyat Indonesia. Jepang dianggap sebagai pembebas bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Padahal Jepang punya rencana tersembunyi. Ada beberapa alasan Jepang menduduki Indonesia, antara lain sebagai berikut.
  1. Indonesia kaya akan bahan-bahan mentah, seperti minyak bumi dan batu bara.
  2. Wilayah Indonesia menghasilkan banyak produksi pertanian yang dibutuhkan tentara Jepang dalam peperangan.
  3. Indonesia memiliki tenaga manusia dalam jumlah besar yang diperlukan untuk membantu perang Jepang.
Setelah menduduki Indonesia, Jepang berusaha menarik simpati rakyat Indonesia. Ada tiga hal yang dilakukan Jepang, yaitu:
  1. mengijinkan mengibarkan bendera Merah Putih;
  2. mengijinkan rakyat Indonesia menyanyikan lagu Indonesia Raya;
  3. larangan menggunakan bahasa Belanda dalam pergaulan sehari-hari. Bahasa pergaulan sehari-hari diganti dengan bahasa Indonesia.
Untuk memikat hati rakyat, Jepang membuat propaganda tiga A. Propaganda yang dilancarkan Jepang itu berisi:
  1. Jepang pemimpin Asia,
  2. Jepang pelindung Asia,
  3. Jepang cahaya Asia.

Penderitaan rakyat pada masa pendudukan Jepang


Korban Romusha Jepang
Kegembiraan rakyat Indonesia atas kedatangan tentara Jepang tidak berlangsung lama. Pasukan Jepang mulai berubah perangai. Jepang mulai mengadakan pemerasan dan penindasan. Bahkan lebih rakus dan lebih kejam dari penjajah Belanda. Penderitaan rakyat Indonesia semakin parah. Penderitaan rakyat Indonesia selama masa penjajahan Jepang antara lain sebagai berikut.
  1. Jepang merampas hasil pertanian rakyat, seperti padi dan jagung untuk persediaan makanan pasukan Jepang.  Akibatnya, rakyat tidak punya cukup makanan dan kelaparan. Karena kurang gizi rakyat mudah terserang penyakit. Berbagai penyakit, seperti tipes, kolera, beri-beri, dan malaria merajalela di mana mana. Obat-obatan sulit didapatkan. Banyak rakyat Indonesia terpaksa memakai pakaian dari karung goni, karet lempengan, atau bahkan pakaian dari daun rumbia. Karena penderitaan itu, ribuan rakyat meninggal.
  2. Pemerintah Jepang sangat ketat melakukan pengawasan terhadap pemberitaan. Media masa disegel.
  3. Jepang juga memanfaatkan rakyat Indonesia untuk diperas tenaganya bagi keperluan Jepang. Para pekerja paksa pada zaman Jepang disebut romusha. Jepang mengerahkan rakyat Indonesia khususnya para pemuda untuk membangun prasarana perang, seperti: kubu-kubu, jalan raya, bandar udara, benteng, jembatan, dan sarana perang lainnya. Para romusha harus bekerja berat dalam bahaya serangan Sekutu yang selalu mengancam. Tenaga mereka diperas secara berlebihan, sementara makanan tidak diperhatikan. Mereka tinggal dan tidur dalam barak-barak yang kotor dan tidak sehat. Banyak romusha mati karena kelaparan, kecapaian, terkena serangan Sekutu, atau karena terserang penyakit. Selain romusha, banyak barisan dibentuk untuk kepentingan Jepang, seperti: Seinendan (barisan pemuda), Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), Fujinkai (Barisan Wanita), Suishintai (Barisan Pelopor), Jibakutai (Barisan Berani Mati), Gakutotai (Barisan Pelajar), Peta (Pembela Tanah Air).
  4. Banyak wanita Indonesia yang terpaksa melayani nafsu bejat pasukan Jepang. Kebanyakan dari antara mereka tertipu karena bujukan dan janji-janji tentara Jepang yang akan memberikan lapangan pekerjaan yang baik dengan gaji yang lumayan.
Perlawanan menentang penjajahan Jepang
Penderitaan lahir batin yang dialami rakyat Indonesia selama pendudukan Jepang di Indonesia menimbulkan rasa benci dan pemberontakan di berbagai wilayah Indonesia. Pemberontakan-pemberontakan itu antara lain sebagai berikut.
  1. ™Perlawanan rakyat Aceh di Cot Plieng tahun 1942. Perlawanan ini dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil. Perlawanan rakyat Aceh juga terjadi di Mereudu pada tahun 1944.
  2. ™Perlawanan di Kaplongan, Jawa Barat. Jepang memaksa petani di Kaplongan untuk menyerahkan sebagian hasil buminya. Petani marah. Terjadilah perlawanan terhadap pasukan Jepang.
  3. ™Perlawanan di Lohbener, Jawa Barat. Petani di Lohbener menolak memberikan hasil panen padi kepada Jepang. Terjadilah peperangan terhadap pasukan Jepang.
  4. ™Perlawanan di Pontianak, Kalimantan Barat. Penduduk dipaksa untuk membuat pelabuhan dan lapangan terbang. Para pemimpin sepakat untuk menyerang Jepang. Perlawanan terjadi pada tanggal 16 Oktober 1943. Mereka ditangkap dan dibunuh.
  5. ™Perlawanan Peta di Gumilir, Cilacap. Perlawanan Peta Gumilir, Cilacap terjadi pada bulan Juni 1945. Perlawanan ini dipimpin oleh Kusaeri, komandan regu Peta di Cilacap. Kusaeri menyerah tetapi tidak dijatuhi hukuman. Sudirman berhasil menolong dan membebaskannya.
  6. ™Perlawanan di Singaparna, Jawa Barat. Perlawanan Singaparna dipimpin oleh Kiai Haji Zainal Mustafa. Beliau menolak seikeirei (membungkukkan badan kepada Kaisar Jepang Tenno Heika) dan menentang romusha.Beliau memandang hal itu bertentangan dengan ajaran Islam.
  7. ™Perlawanan Peta di Blitar, Jawa Timur. Tentara Peta di Blitar memberontak di bawah pimpinan Shodanco F.X. Supriyadi. Namun Jepang dapat mematahkan perlawanan ini. Supriyadi dan teman-temanya ditangkap oleh tentara Jepang.
Pada tanggal 15 Maret 1945, perwira-perwira Peta yang memberontak diadili di Pengadilan Militer Jepang di Jakarta. Dalam pengadilan itu, mereka dijatuhi hukuman mati. Perwira-perwira Peta yang dijatuhi hukuman mati antara lain Muradi, Dr. Ismangil, Suparyono, Sunarto, Halim Mangkudijaya, dan Supriyadi. Namun, Supriyadi menghilang dan tidak menghadiri persidangan.



0 Response to "Kedatangan Bangsa Jepang"

Post a Comment