Perlawanan Sisingamangaraja XII (1878-1907)


Sisingamangaraja XII naik takhta kerajaan pada tahun 1870. Sejak masa pemerintahan ayahnya, yaitu Sisingamangaraja XI, pada tahun 1860, Dr. Nomensen (seorang misionaris Belanda) telah berhasil menyebarkan agama Kristen Protestan di daerah Tapanuli. Pada mulanya Sisingamangaraja XII tetap toleran terhadap agama Kristen yang berkembang di daerahnya. Beliau sendiri menganut kepercayaan yang disebut Parmalim.


Dalam perkembangannya, Belanda berusaha menguasai tanah Batak dengan alasan melindungi kepentingan para misionaris. Melihat sikap Belanda yang ingin merebut kekuasaan tersebut, Sisingamangaraja merasa terancam kekuasaannya. Rencana perang melawan Belanda pun disusun. Sisingamangaraja bekerja sama dengan para pejuang Minangkabau dan Aceh yang menyingkir ke daerah Batak. Tahun 1877, pertempuran pertama terjadi di Bahal Batu, pusat pertahanan Belanda. Sementara pusat pertahanan Sisingamangaraja berada di Bakkara.

Perjuangan melawan Belanda berkobar terus dengan perang gerilya selama 24 tahun. Belanda mengerahkan pasukan Marchosse yang ditarik dari Aceh. Jenderal van Daalen memimpin pasukan ini. Pasukan Belanda yang dipimpin Kapten Christoffel berhasil mengepung Sisingamangaraja di daerah Pakpak. Sisingamangaraja bersama dua putranya, yaitu Patuan Nagari dan Patuan Anggi gugur sehingga seluruh daerah Tapanuli dapat dikuasai oleh Belanda.


0 Response to "Perlawanan Sisingamangaraja XII (1878-1907)"

Post a Comment