Kerajaan Singhasari


Pertentangan dan perpecahan di kalangan istana Kerajaan Kediri mulai muncul. Penyebabnya, kaum Brahmana merasa tidak puas atas keputusan raja yang menempatkan posisi Brahmana hanya sebagai penasihat. Hal ini berarti posisi kaum Brahmana berada di bawah kaum Ksatria. Akhirnya, banyak pendeta yang meninggalkan istana dan membentuk kekuatan baru.

Di lain pihak, berkat bantuan seorang pendeta bernama Lohgawe, seorang pemuda bernama Ken Arok diterima bekerja di Tumapel, Kediri. Ia bekerja pada seorang akuwu (bupati) bernama Tunggul Ametung. Akibat tergoda oleh kecantikan Ken Dedes istri Tunggul Ametung, Ken Arok berniat membunuh Tunggul Ametung dan memperistri Ken Dedes. Untuk melaksanakan rencananya, Ken Arok memesan sebuah keris kepada Empu Gandring. Setelah berhasil membunuh Tunggul Ametung, ia segera mengangkat dirinya menjadi Bupati Tumapel dan memperistri Ken Dedes. Para pendeta dan Brahmana yang meninggalkan istana kemudian bergabung dengan Ken Arok di Tumapel. Dengan bantuan para pendeta dan Brahmana, Ken Arok melakukan penyerangan ke Kediri.

Wilayah Kekuasaan Singhasari

Dalam sebuah peperangan di Desa Ganter pada 1222 M, Ken Arok berhasil mengalahkan Kediri yang saat itu dipimpin oleh Raja Kertajaya. Seluruh daerah Kediri jatuh ke tangan kekuasaan Ken Arok yang kemudian mendirikan Kerajaan Singhasari. Ia menjadi raja dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi, sedangkan Ken Dedes yang saat itu sedang mengandung anak dari Tunggul Ametung yang kelak bernama Anusapati diangkat sebagai permaisurinya.

Perkawinan Ken Arok dengan Ken Dedes menurunkan seorang putra bernama Mahisa Wong Ateleng. Ken Arok juga mempunyai selir bernama Ken Umang yang melahirkan anak bernama Tohjaya. Namun, masa pemerintahan Ken Arok tidak lama. Pada 1247 M, ia dibunuh oleh Anusapati yang telah mengetahui bahwa ayahnya dibunuh oleh Ken Arok. Anusapati sendiri kelak dibunuh oleh Tohjaya dengan keris yang sama, yaitu keris buatan Empu Gandring. Ken Arok diabadikan di Desa Kagenengan sebelah selatan Singhasari dalam bangunan suci agama Buddha Syiwa. Adapun Anusapati dimakamkan di Candi Kidal. Sementara itu, Ken Dedes tidak diketahui waktu meninggal dan makamnya. Namun, sosoknya diwujudkan dalam bentuk arca Prajnaparamita yang sangat indah.

Arca Ken Dedes (Prajnaparamita)
Putra Anusapati, Ranggawuni yang bergelar Wisnuwardhana berhasil memadamkan kekacauan politik di Singhasari. Ia naik takhta pada 1248 M didampingi oleh Mahisa Campaka, sepupunya yang menjadi anggabaya dan bergelar Narasinghamurti. Ranggawuni kemudian menobatkan putranya yang bernama Kertanegara pada 1254 M sebagai yuvaraja atau raja muda. Pengangkatan ini bertujuan mempersiapkan Kertanegara menjadi seorang raja yang cakap. Ranggawuni sendiri memerintah sampai 1268 M. Ranggawuni dimakamkan di Desa Waleri dengan simbol arca Syiwa yang sekarang dikenal sebagai Candi Jago di Desa Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Arca Dwarapala
Kerajaan Singhasari mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Kertanegara. Beliau mempunyai pandangan yang luas dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang politik, pemerintahan, dan agama. Ia juga raja yang sangat tegas dan pemberani yang ditunjukkan dengan sikap dan tindakannya, antara lain sebagai berikut.

a.  Kertanegara mengganti Mahapatih Raganata dengan Apanji Aragani. 
Pergantian ini dilatarbelakangi oleh ketidak setujuan Raganata terhadap cita-cita Kertanegara untuk menyatukan seluruh Nusantara di bawah Kerajaan Singhasari (politik Cakrawala mandala) untuk mengimbangi ekspansi kekuatan Kerajaan Mongol di bawah Kublai Khan di Nusantara. Raganata selanjutnya ditugaskan menjadi adhyaksa di Tumapel.

b. Pada 1275 M, Kertanegara mengirimkan ekspedisi militer bernama Pamalayu ke Jambi. 
Ekspedisi ini bertujuan menaklukkan Kerajaan Malayu. Kertanegara juga berhasil menaklukkan Bali (1284 M), Sunda (1289 M), Pahang (Malaya), dan Bakulapura (Kalimantan Barat).

c. Kerajaan Singhasari menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Campa. 
Hubungan ini ditingkatkan menjadi hubungan kekeluargaan dengan menikahkan adik Kertanegara, Ratu Tapasi dengan Raja Campa. Pada 1280 M, Kublai Khan berkuasa di daratan Cina bermaksud menguasai Nusantara. Ia mengirimkan utusan ke Singhasari agar Kertanegara sebagai Raja Singhasari datang menghadap ke Cina. Hal ini tentu saja ditolak oleh Kertanegara yang memang sudah lama mengetahui rencana Kublai Khan.

Pasukan Mongol
Pada 1281 M, Kublai Khan mengirimkan lagi utusannya dengan maksud yang sama. Akan tetapi, Kertanegara tetap menolak. Sekitar 1289 M, Kublai Khan mengirimkan utusan bernama Meng-Ki dengan maksud yang sama. Namun, utusan ini pun ditolaknya. Kertanegara menyadari bahwa tindakannya sangat menghina Kublai Khan dan akan menimbulkan pertempuran. Namun, ia sudah mempersiapkan diri menghadapi serbuan dari Mongol. Sementara itu, di Kerajaan Singhasari terjadi kemelut akibat penyerangan Jayakatwang, cucu Kertajaya (Raja Kediri terakhir) yang menewaskan Kertanegara pada 1292 M. Akhirnya, Jayakatwang naik takhta menjadi Raja Singhasari. Pada saat penyerangan tersebut, Raden Wijaya menantu Kertanegara dapat meloloskan diri ke Madura dan mendapat pertolongan dari Bupati Sumenep Arya Wiraraja.

Bertepatan dengan selesainya persiapan untuk menyerang Kediri, pasukan Kublai Khan datang menyerang Singhasari. Mereka mengira Singhasari masih dipimpin oleh Kertanegara yang telah menghinanya. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya yang segera bergabung dengan pasukan Kublai Khan untuk menyerang Singhasari. Dengan mudah, tentara Mongol beserta pasukan Raden Wijaya mengalahkan Singhasari. Setelah berhasil mengalahkan Singhasari disertai tewasnya Jayakatwang, pasukan tentara Mongol berpesta merayakan kemenangannya. Namun, mereka diserang pasukan Raden Wijaya. Pasukan Mongol hancur dan sisanya pulang ke negerinya. Pada 1293 M, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit yang terkenal.


0 Response to "Kerajaan Singhasari "

Post a Comment