Hati-Hati dengan Letusan Gunung Krakatau


Gunung Krakatau yang memiliki tinggi 813 meter meletus sangat dahsyat dan menggemparkan dunia. Semburan lahar dan abunya mencapai ketinggian 80 kilometer. Abunya dikabarkan mengelilingi bumi selama beberapa tahun. Dilihat dari Amerika Utara dan Eropa, saat itu cahaya matahari tampak berwarna biru dan bulan tampak oranye. Ledakannya menimbulkan gelombang pasang setinggi 40 meter yang menyapu bersih lantai sepanjang Teluk Lampung dan pantai barat daerah Banten dan sekitarnya. Dikabarkan sedikitnya 36 ribu orang waktu itu tewas.



Mungkin tidak dilebih-lebihkan, tetapi disebutkan suara letusan Gunung Krakatau tersebut terdengar di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, atau sejauh 4.653 km. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30 ribu kali dari bom atom yang mengguncang Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.

Peristiwa inilah yang ditakutkan warga yang tinggal di sekitar gunung tersebut, termasuk masyarakat di Provisi Banten dan Lampung. Ketakutan warga itu agaknya cukup beralasan mengingat letusan Gunung Krakatau tempo dulu merupakan bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut.

Kini, ketakutan itu muncul setelah Gunung Anak Krakatau (GAK) yang terletak di Selat Sunda antara Pulau Jawa dan Sumatra dalam akhir-akhir ini mulai beraktivitas. Letusan-letusan kecil disertai asap putih kelabu kian sering terjadi. Kondisi itu cukup meresahkan dan bahkan menakutkan warga di sekitarnya. Keindahan dan keunikan dari gunung yang terletak di tengah laut itu kini pesonanya tidak dapat lagi dinikmati. Karena, pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melarang untuk mendekat dalam radius tiga kilometer.

Anak Krakatau yang memiliki tinggi 230 meter ini memang sedang mulai ”sakit-sakitan” yang ditandai gejala batuk-batuk kecil. Dikhawatirkan, keadaan itu berubah menjadi besar, bahkan dahsyat seperti yang pernah dialami ”induknya” yaitu Gunung Krakatau pada tanggal 27 Agustus 1883. Hal yang menjadi tanda tanya masyarakat, apakah anaknya juga akan seganas induknya, yang jika benar maka akan bisa menghanyutkan puluhan juta bahkan ratusan juta penduduk Indonesia?

Aktivitas Gunung Anak Krakatau meningkat sejak 10 hari terakhir ini, bahkan status yang ditetapkan PVBMG tidak lagi waspada. Namun, sudah meningkat ke Siaga (level III) yang artinya peningkatan kegiatannya semakin nyata dan perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan. Sudah lebih ratusan kali letusan yang dikeluarkan sejak mulai beraktivitas pada 23 Oktober 2007, dengan interval letusan setiap tiga hingga enam menit. Namun, kemungkinan membesar sangat kecil, kata Kepala PVBMG, Surono, ”Letusan gunung itu tidak akan membesar dan tidak akan menimbulkan tsunami. Kecil sekali kemungkinan menimbulkan bencana,” kata Surono di Bandung belum lama ini. Adanya penegasan dari pakar vulkanologi itu bahwa kecil kemungkinan terjadi letusan dahsyat dan timbulnya tsunami, tentu sedikit melegakan penduduk yang tinggal tidak jauh dari gunung tersebut.

0 Response to "Hati-Hati dengan Letusan Gunung Krakatau"

Post a Comment