Contoh Teks Khotbah

Khotbah merupakan pidato yang bernuansa agama, berisi tentang nasihat-nasihat keagamaan, baik itu di masjid, gereja, wihara, dan tempat-tempat keagaman yang lain. Seperti halnya pidato sambutan, khotbah dilakukan dengan nuansa formal mengikuti suasana acara yang umumnya terkesan resmi. Kedua bentuk pidato ini agak sedikit berbeda dibandingkan dengan pidato ceramah yang sifatnya tidak telalu formal sehingga dapat diselingi dengan hal-hal yang sifatnya lucu untuk menyegarkan suasana.




Contoh Khotbah

Marilah kita tingkatkan mutu dan kualitas takwa kita kepada Allah dalam arti yang sebenarnya, yaitu dengan menjalankan perintah-Nya. Agar kita mempunyai sikap hidup yang paripurna, bahagia di dunia dan akhirat, sehat jasmani dan rohani, sempurna dalam ber-Hablum Minallahdan Hablum Minannas. Sikap hidup seorang muslim merupakan manifestasi dan cermin dari keimanannya. Oleh sebab itu, orang yang benar-benar bertakwa dengan melaksanakan perintah Allah dan berusaha menjauhi larangan-Nya sudah barang tentu, pribadinya dihiasi oleh cahaya iman itu sendiri, sedangkan tingkah laku dan perbuatannya akan terpuji. Dengan begitu, ia akan berperan sebagai Rahmatan lil alamiin, bahwa di mana pun ia berpijak, di zaman yang bagaimana pun dia hidup, ia akan tetap eksis, kuat, tidak terombangambing dan keberadaannya selalu membawa rahmat (cinta kasih) untuk semuanya.

Dewasa ini dirasakan ada 3 masalah sosial yang langsung maupun tidak langsung, menghambat kesejahteraan umat Islam, sehingga seakan-akan umat ini terasa ketinggalan, terbelakang, dan belum mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman. Akibatnya, umat Islam sering menjadi tamu di rumah sendiri dan kurang banyak yang mampu menguasai sumber daya alam (SDA) yang dianugerahkan Allah dan kurang bisa meningkatkan sumber daya manusia (SDM) secara keseluruhan.

Tiga hal yang menonjol dari problematika sosial tersebut, harus dihadapi dan diatasi bersama-sama dengan mencari solusi (jalan keluar) pemecahannya. Hal ini, agar umat Islamtidak lagi dipandang sebelah mata. Tiga hal tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kebodohan
Dalam salah satu ayat Al-Quran, dinyatakan:

”Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orangorang yang berilmu pengetahuan”.

Dari ayat tersebut, dapat diambil pengertian bahwa kebodohan adalah penyebab kemerosotan dan keterbelakangan manusia. 

Rasulullah saw sendiri menyuruh kita, ”Carilah ilmu sekalipun ke negeri Cina.” 

Lalu ada apa sebenarnya di Cina? Ada apa di negara lain? Di Benua lain? Inilah sebenarnya yang harus diketahui, dikaji, dipelajari, dijangkau, dan dikuasai oleh umat Islam di belahan bumi yang amat luas ini. Kemajuan Iptek yang amat pesat, selain membawa dampak pengetahuan, manusia sulit untuk membedakan mana yang haq dan mana yang batil, dan ketidaktahuan ini dapat menjerumuskan dalam kegelapan dan kesesatan, serta membuat seseorang semakin jauh dari Allah swt.

Diakui atau tidak, kita masih ketinggalan jauh. Kebanyakan umat kita masih sering membeda-bedakan antara ilmu dunia dan ilmu akhirat, padahal Islam menghendaki kedua-duanya. Sering sekali ada dikotomi (2 hal berlawanan) antara ilmu umum dan ilmu agama, padahal keduanya adalah satu dan masih merupakan rangkaian yang harus dikuasai oleh umat Islam. Allah swt berfirman yang artinya: 


”Dan carilah kehidupan akhirat di dalam apa yang telah diberikan Allah kepadamu dan jangan engkau melupakan bagian dari kehidupan dunia.”


2. Kemiskinan
Kemiskinan selalu saja dipandang sebagai patologi sosial yang harus ditanggulangi. Dalam salah satu riwayat Nabi selalu berdoa: ”… Aku berlindung kepada-Mu (Allah) dari kemiskinan, kekufuran, dan perbuatan fasik.”

Kemiskinan yang tanpa didasari keimanan dan kemiskinan yang bersanding dengan kebodohan, sering menjebak seseorang dalam kekufuran. Orang yang perutnya lapar, hidup serba kekurangan, lapangan pekerjaan sulit didapatkan, tanpa iman, maka agamanya terancam. Bagaimana tidak? Ia bisa-bisa menganggap ibadahnya tidak membuahkan hasil, salatnya dianggap menyita waktu, ngaji dan belajar dikiranya sebagai biang keladi dalam menghasilkan materi, dan sebagainya. Bila anggapan-anggapan salah semacam ini sudah menghantui, maka iman akan rusak. 

Apabila kita koreksi lebih lanjut, hal ini sebenarnya adalah kesalahan umat Islam sendiri. Sebab Al-Quran memandang seorang mukmin sebagai saudara bagi mukmin lainnya. Tapi kurangnya persatuan, mengakibatkan kita sendiri yang lemah. Sebenarnya Islam telah berulangkali dan dengan beraneka ragam cara untuk mengentaskan kemiskinan yang ada. Antara lain dengan adanya zakat, infaq, sadaqah, syirkah, musaqah, muzara'ah, dan tata kerja lainnya yang telah diatur dalam muamalat Islam.

Cobalah lihat figur Rasulullah saw di kala muda. Beliau seorang pengusaha sukses di bidang ekspor-impor antara Syam – Makkah dalam menjalankan bisnis Siti Khadijah. Belum lagi Usman bin Affan, konglomerat dermawan dan salah seorang penanam modal terbesar dalam perjuangan Islam, lalu juga Abdur Rahman bin Auf, jutawan kota Madinah, dan masih banyak lagi.

3. Kemaksiatan
Banyaknya tindak kejahatan antara lain dikarenakan tidak adanya wibawa hukum dan terjadi krisis keteladanan dari pelaku hukum itu sendiri. Islam sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia menawarkan hukum seperti Qishas dan Huduud yang pasti cocok dan tepat berlaku di segala zaman. Seorang pembunuh hukumannya dibunuh, pencuri atau koruptor yang melebihi nisab dipotong tangannya, pelaku zinah atau prostitusi dirajam atau dikucilkan, dan sebagainya. Sepintas lalu, hal ini terasa berat, kaku, sadis, ekstrem, tidak sesuai dengan situasi dan kondisi, dan sebagainya. Tapi sebenarnya, di sini banyak mengandung hikmah. Di antaranya, agar pelaku kejahatan menjadi jera dan kejahatannya tidak lagi ditiru oleh orang lain, sehingga hukum tampak berwibawa dan akan selalu dijunjung tinggi.

Salah satu bukti dari akibat ditinggalkannya hukum Allah, bisa kita lihat ketika salah satu kasus pembunuhan belum diselesaikan, sudah ada kasus mayat dipotong-potong. Pengedar heroin belum tuntas diadili, muncul lagi pil-pil memabukkan di kalangan pelajar. Kalau hal ini terus-menerus terjadi, lalu bagaimana nasib bangsa ini dalam 10, 20, 30, tahun yang akan datang?

Oleh sebab itu, 3 masalah sosial di atas, yaitu kebodohan, kemiskinan, dan kemaksiatan harus segera diatasi dan dicarikan solusinya bersama-sama. Hal ini agar kesejahteraan warga negara Indonesia dapat diwujudkan hingga ke taraf yang lebih tinggi. Amin.

Dari Khutbah Aktual: ”H.R. Taufiqur Rochman S.Ag.”



0 Response to "Contoh Teks Khotbah"

Post a Comment