Dunia Islam pada Abad Pertengahan


Perkembangan Islam dapat kelompokkan menjadi tiga periode, yaitu periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M) dan periode modern (1800 – sekarang).

Dalam catatan sejarah, Islam mengalami pertumbuhan dan perkembangan pesat pada masa klasik. Kemudian mengalami kemunduran pada abad pertengahan. Hal ini ditandai dengan tidak adanya lagi kekuasaan Islam yang utuh yang meliputi seluruh wilayah Islam pada masa klasik. Di abad pertengahan, wilayah kekuasaan Islam muncul sebagai kerajaan atau Negara-negara yang mandiri dan terpisah dari kerajaan Islam klasik.

Islam Abad Pertengah

Kerajaan Ottoman di Turki.
Dalam sejarah Islam, Turki merupakan salah satu daerah yang penting. Pada wilayah ini, berdiri sebuah Negara atau kereajaan Islam yang besar, yang memberikan nama baik dan kejayaan Islam pada masa itu, dan masa sekarang. Kendati kemudian, pada akhirnya muncul perubahan-perubahan tatanan nilai Islam yang jauh berbeda dengan apa yang diharapkan ajaran Islam. Di wilayah inilah, beridirnya kerajaan Utsmani atau Ottoman.

Kerajaan Utsmani didirikan dan diproklamirkan oleh Usman (1300 M) setelah Sultan Alaudin II dari dinasti Saljuk mati terbunuh dalam peperangan melawan Mongol. Kerajaan Utsmani (Ottoman) ini berkuasa sekitar 7 abad dengan 37 sultan.

Kesultanan ini menjadi pusat interaksi antar Barat dan Timur selama enam abad. Pada puncak kekuasaannya, Kesultanan Utsmaniyah terbagi menjadi 29 propinsi. Dengan Konstantinopel (sekarang istanbul) sebagai ibukotanya, kesultanan ini dianggap sebagai penerus dari kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Kekaisaran Romawi dan Bizantium. Pada abad ke-16 dan ke - 17, Kesultanan Usmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan angkatan lautnya yang kuat.

Kekuatan Kesultanan Usmaniyah terkikis secara perlahan-lahan pada abad ke-19, sampai akhirnya benar-benar runtuh pada abad 20. Setelah perang Dunia I berakhir, pemerintahan Utsmaniyah yang menerima kekalahan dalam perang tersebut, mengalami kemunduran di bidang ekonomi.

Dalam menjalankan pemerintahannya, pemimpin Turki Usmani menggunakan dua gelar sekaligus, yaitu khalifah dan sultan. Sultan sebagai symbol penguasa duniawi, dan khalifah sebagai symbol penguasa spiritual (agama). Secara praktis, pemimpin Turki Usmani memiliki dua pembantu utama. Pertama, mufti atau syaikh Islam yang berwenang mewakili pemimpin Turki Usmani dalam melaksanakan wewenang spiritual. Kedua, shadhrul A’zham (perdana mentri) yang berwenang mewakili pemimpin Turki Usmani dalam melaksanakan wewenang duniawi. Ulama dan sejumlah karya yang dihasilkan pada zaman Turki Usmani adalah
  1. Mustafa Ali (1541-1599), ahli sejarah. Diantara karyanya adalah Kuhn Al Akhbar yang berisi sejarah dunia dari sejak Adam as sampai Yesus, sejarah Islam awal hingga Turki Usmani.
  2. Evliya Chelebi (1614-1682), ahli ilmu sosial. Diantara karyanya adalah Seyabat Name (buku Pedoman Perjalanan), yang berisi tentang masyarakat dan ekonomi Turki Usmani.
  3. Arifi (wafat 1561), sejarawan istana. Diantara karyanya adalah Shah Name–I-A-I Osman, yang berisi cerita tentang keluarga raja-raja Usmani.
  4. Imam Bukhari (810 M), adalah penulis buku Hadi¡shahih yang terkenal sampai sekarang. Dan kitabnya dijadikan rujukan utama dalam kumpulan hadi¡-hadi¡Rasulullah Muhammad saw.
  5. Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi (780 – 850 M), ia adalah penemu logaritma dan banyak melakukan kajian dalam bidang keilmuan.
  6. Abu Raihan al-Biruni lahir di Khawarizmi (973) dan meninggal di Gazna (1048 M), adalah ahli astronomi dan geografi.
  7. Muhammad Targai Ulugh Beg (1294-1449 M) adalah cucu Timur Leng pada dinasti Timuriah. Karya besarnya adalah terkait dengan masalah astronomi.
Selain meninggalkan buku-buku sebagai kekayaan sejarah, Turki Usmani juga meninggalkan sejumlah bangunan yang memperlihatkan keunggulan penguasaan teknologi pada zamannya. Masjdil Aya Sophia, Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Abu Ayub Al-Anshari, Masjid Bayazid, dan Masjid Sulaiman Al-Qanuni, merupakan masjid yang berarsitektur tinggi dengan menggunakan “kubah batu” (ciri gereja Kristen) yang menggambarkan persaingan antara Islam dan Kristen.

Dalam bidang pendidikan, dinasti ini mendirikan sejumlah madrasah. Madrasah yang pertama didiriakan di Izink (1331 M) dengan mendatangkan pengajar dari Iran dan Mesir. Madrasah berikutnya didirikan di Bursa, Edirne, dan Istanbul. Madrasah di Turki Usmani dibentuk dengan memperlihatkan jenjang dan materi ilmu yang diajarkan adalah bahasa Arab, nahwu, sharaf, manthiq, teologi, hukum, astronomi dan geometri, serta retorika.

Kerajaan Mogul.
Membahas perkembangan Islam di India perlu dilakukan pemisahan antar periode. Dalam kaitan ini, ada empat periode perkembangan Islam atau sejarah Negara India pada umumnya, yaitu periode sebelum Kerajaan Mogul (705-1526), periode Mogul (1526-1858M), periode penjajahan Inggris (1858-1947 M), dan periode Negara India sekuler (1947 – sekarang).

Kerajaan Mogul adalah sebuah kerajaan menguasai Afghanistan, Balochistan, dan kebanyakan anak benua India antara 1526 - 1857. Kerajaan ini didirikan oleh pemimpin Mongol, Zahirudian Muhammad Barbur pada 1526, ketika dia mengalahkan Ibrahim Lodi - Sultan Delhi terakhir pada pertempuran pertama Panipat. 

Kata mughal atau mogul adalah versi IndoAryandari Mongol. Agama rakyat Mughal adalah Islam. Kerajaan ini sebagian besar ditaklukkan oleh Sher Shah pada masa Humayun, namun di bawah Akbar Khan kerajaan ini tumbuh pesat, dan terus berkembang sampai akhir pemerintahan Aurangzeb. Jahangir, anak Akbar, memerintah kerajaan ini antara 1605-1627. Pada Oktober 1627 Shah Jahan, anak dari Jahangir mewariskan tahta dan kerajaan yang luas dan kaya di India.

Pada abad tersebut, ini mungkin merupakan kerajaan terbesar di dunia. Kaisar Mughal Shah Jahan, memerintahkan pembangunan Taj Mahal antara 1630-1653 di Agra, India. Setelah kematian Aurangzeb pada 1707, kerajaan ini mulai mengalami kemunduran, meskipun tetap berkuasa selama 150 tahun berikutnya. Pada 1739 dia dikalahkan oleh pasukan dari Persia dipimpin oleh Nadir Shah. Pada 1756 pasukan Ahmad Shah merampok Delhi lagi. Kerajaan Britania akhirnya membubarkannya pada 1857.

Kerajaan Safawi di Persia
Umat Islam menguasai Persia sejak tahun 641 M. setelah itu bangsa Persia yang semula beragama Zoroaster berbondong-bondong masuk Islam. Dinasti atau kerajaan Islam silih berganti memerintah Persia, sampai dengan bansga Mongol merebutnya pada abad ke-12 M. selama tiga abad bansga Mongol menguasai Persia, hingga pada tahun 1502 M muncul dinasti baru yaitu kerajaan Safawi.

Kerajaan safawi didirikan oleh Syah Ismail Syafawai (Ismail I)) pada tahun 907 H (1501 M) di Tbriz. Beliau berkuasa pada tahun 1501 M – 1524 M, yang  wilayah kekuasaannya di sebalah barat berbatasan dengan kerajaan Usmani (Ottoman) di Turki dan di sebelah timur berbatasan dengan kerajaan Islam Mogul di India. 

Kerajaan Safawi Mogul dan turki Usmani merupakan tiga kerajaan besar pada abad pertengahan. Setelah pemerintah syah Ismail Safawi berakhir, silih bergantu sultansultan Dinasti Safawi melanjutkan pemerintahnnya hingga sebanyak 17 sultan. Sultan terakhri Kerajaan Safawi bernama Sultan Muhammad. 

Kerajaan Safawi mencapai puincak kejayaannya tatkala diperintah oleh Syah Abbas (1585 -1628 M). belay berjasa mempersatukan seluruh Persia, mengusir Portugis dari kepulauan Hormuz, dan nama pelabuhan Gumran diubah menjadi Bandar Abbas sampai sekarang. Syah Abbas juga memindahkan ibukiota kerajaan dari Qizwan ke Isfahan. Setelah pemerintahan Syah Abbas berakhir dan digantukan oleh Sultan berikutnya, kedudukan Kerajaan Safawi menjadi lemah. Kelemahan ini disebabkan karena ada perebuhan kekuasaan.

Selanjutnya Persia diperintah oleh Dinasti Zand (1759 – 1794), Diansti Qajar (1794-1925M), dan Dinasti Pahlevi (1925-1979M). Kemudian sejak tahun 1979, sistem kerajaan yang sudah berjalan ribuan tahun itu diganti menjadi sistem republik (demokrasi), dengan nama “Republik Islam Iran”, dengan pemimpin pertamanya yaitu Presiden Abalhasan Bani Sadr. Safawiyah menjadikan Syi’ah sebagai mazhab resmi Negara. 

Pada zaman Khudabanda (1966), Isfahan memiliki 162 masjid dan 48 perguruan, serta fasilitas umum lainnya. Pada tahun 1510 M, sekolah seni lukis Timuriah dipindahkan dari Heart ke Tibriz. Di sekolah ini diterbitkan buku Syah Nameh (buku tentang raja-raja) yang memuat lebih dari 250 lukisan. Ulama yang muncul pada zaman Safawi di Persia yaitu :
  1. Baha’ udin Al-‘Amili, seorang pemikiran berwawasan luas dalam bidang ilmu pengetahuan.
  2. Sadrudin al-Syirazi, adalah seorang filosof yang dikenal dengan nama Mula Syadra (wafat 1641 M).
  3. Muhammad Bagur Ibn Muhammad Damad, seorang filosof, ahli sejarah dan teolog. Beliau pernah melakukan penelitian observasi tentang kehidupan lebah. Ia wafat pada tahun 1631.

0 Response to "Dunia Islam pada Abad Pertengahan"

Post a Comment