Akibat Ketidaktahuan



Pada suatu sore, dua ekor landak  yaitu Edak dan Egel pergi ke kebun buah-buahan. Mereka hendak memakan buah pir yang berjatuhan.  Edak dan Egel pun berjalan berhati-hati. Meskipun demikian, terdengar juga bunyi ranting terinjak kaki  mereka. Kadang-kadang mereka juga menendang-nendang kerikil.  

“Siapa itu?” Tiba-tiba terdengar  suara marah. Edak dan Egel terkejut  sekali sehingga duri-duri mereka berdiri. 

“Cepat lari!” kata Edak ketakutan.  “Itu pasti Anjing galak.” Tetapi Egel  tidak mendengarnya. Dia sudah lari lebih dulu. Dengan terengah-engah,  kedua sahabat itu sampai di luar kebun. 


“Uf !” keluh si Egel. “Sayang, ya, buah pirnya. Tetapi untung juga Serigala tidak  berhasil menangkap kita. Seumur hidup aku belum pernah sekaget tadi,” kata Egel. 

“Tadi itu Serigala?” tanya Edak. Duri-durinya tegak lagi karena dia ketakutan.  

“Aku tidak melihatnya. Tetapi aku mengenali suaranya,” jawab Egel.  “Ayo ke rumahku  saja. Aku masih punya makanan.”  

“Tidak terima kasih. Aku sudah tidak kepingin makan lagi,” kata Edak. Kedua sahabat  itu lalu pulang ke rumah masing-masing, dan bermimpi dikejar-kejar seekor Serigala  besar.

Seandainya mereka tidak ketakutan berlebihan, sesungguhnya mereka akan tahu  bahwa yang bersuara tadi hanyalah seekor Tikus Tanah tua. Mereka tentu akan bisa  menikmati buah pir yang berjatuhan di kebun itu. Demikianlah, akibat ketidak-tahuan,  mereka menjadi ketakutan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak perlu ditakuti.   Dengan demikian, kita bisa paham bahwa ketidaktahuan sangat merugikan bagi siapa  pun. Karena itu, kita hendaknya membuang ketidaktahuan itu dengan cara banyak  belajar tanpa putus asa. 

Kisah ini menjelaskan kepada kita bahwa ketidaktahuan menyebabkan timbulnya  pikiran yang keliru. Pikiran yang keliru menyebabkan perbuatan yang tidak benar.  Perbuatan tidak benar menimbulkan ketidakbahagiaan. Ketidaktahuan harus dikikis  dengan berusaha yang benar. Usaha yang benar adalah bila disertai perhatian dan  konsentrasi yang benar. Dalam kisah tadi, seandainya si Edak dan Egel penuh perhatian,  dan kosentrasi, tidak akan timbul pengertian yang salah, yaitu Tikus disangka Serigala,  yang menyebabkan mereka ketakutan tanpa alasan.