Kisah Nabi Yunus


Nabi Yunus AS berada jauh dari Ninawa. Ia menanti berita tentang azab yang turun di negeri itu. Ia kecewa, karena azab itu tidak terjadi, demikian berita yang ia dengar. Penduduk negeri itu menjadi orang-orang baik; hidup bersaudara antar sesama, kezaliman sirna, mengembalikan apa yang pernah mereka ambil kepada yang berhak.

Penduduk negeri itu mengutus dua orang yang telah beriman sebelumnya untuk mencari Nabi Yunus AS, agar dapat memuliakannya. Kedua utusan itu bertemu dengan Nabi Yunus; tetapi ia menolak untuk kembali ke Ninawa.

Nabi Yunus mengira, Allah SWT telah menghinakannya, pertama membiarkan dirinya ketika disiksa penguasa Ninawa, kedua tidak menurunkan azab padahal ia mengatakan azab segera turun. Nabi Yunus merasa malu kepada kaumnya, karena ia dianggap pembohong.

Dua orang utusan berkata, "Wahai Yunus lupakan semua itu, bukankah mereka telah menjadi manusia beriman seperti yang kamu serukan."

Yunus menjawab, "Aku ingin kebenaran yang aku katakan, yaitu datangnya azab, kemudian mereka memuliakanku karena azab itu terangkat lewat tanganku."

Utusan berkata lagi, "Wahai Yunus, bukankah engkau meninggalkan Ninawa sebelum turunnya azab. Seandainya kamu tetap berada di Ninawa sampai hari ke empat puluh, niscaya azab yang turun akan sirna di hadapanmu."

Yunus pergi meninggalkan keduanya seraya berkata, "Aku tidak mampu bertemu dengan umatku, karena aku sangat terhina."

Nabi Yunus pergi membawa emosinya, terus berjalan sampai di tepi sebuah pantai. Sebuah kapal sarat muatan manusia dan barang segera berangkat.

Di situlah Yunus membawa diri dan kekecewaannya. Nahkoda kapal merasa senang dengan adanya Nabi Yunus di kapalnya, ia berharap perjalanan akan selamat karena membawa orang saleh.

Pelabuhan demi pelabuhan disinggahi kapal tersebut. Bongkar muat barang berjalan mulus. Udara cerah dan angin bertiup mempercepat perjalanan kapal.

Namun, suatu ketika muncul ombak besar menggunung menerpa kapal, awan hitam pekat datang entah dari mana; kapal pun oleng. Semua penumpang pucat pasi, masing-masing komat-kamit berdoa meminta keselamatan kepada Sang Pencipta.

Yunus ikut berdoa, ia sadar bahwa hal itu terjadi akibat dosa yang ia bawa. Ia pun datang menemuai nahkoda dan berkata, "Kapal akan selamat jika seorang berdosa yang ada di kapal ini dibuang ke laut, orang tersebut adalah dirinya sendiri.

Nahkoda menolak usulannya. Lalu ia mengadakan undian, siapakah orang berdosa tersebut. Undian dilaksanakan, tiga kali diadakan semuanya jatuh kepada Nabi Yunus, ia pun segera menceburkan diri ke laut.

Relief di dinding Borubodur yang diduga menceritakan Nabi Yunus 
Seekor ikan besar menelannya tanpa memangsanya. Tubuh Yunus tersimpan di dalam perut ikan itu yang membawanya ke dasar lautan.

Ia bertaubat dan bertasbih dengan suara perlahan, la ilaha illa anta, subhannaka inni kuntu minadza-dzalimin.

Namun bisa di dengar oleh para malaikat. Malaikat pun melaporkan kepada Allah SWT. Allah SWT mendengarnya dan menerima taubatnya, lalu Dia mengilhamkan kepada ikan memuntahkannya ke tepi pantai.

Nabi Yunus terlempar di tepi laksana seorang anak yang baru lahir.

Di dekatnya tumbuh pohon Yaqthin yang daunnya menaungi tubuhnya; dan buahnya dapat dimakan olehnya sehingga menguatkan badannya.

Beberapa lama pohon itu menjadi kering sehingga Nabi Yunus menangis. Datanglah Jibril dan berkata, "Wahai Yunus, kamu menangis karena keringnya pohon itu, mengapa kamu tidak menangisi ratusan ribu lebih umatmu, bahkan kamu menginginkan musnah."

Yunus menjawab, "Sungguh aku adalah orang yang zalim."

Jibril berkata lagi, "Pergilah dan temui umatmu."

Nabi Yunus pun pergi menemui umatnya di Ninawa. Setibanya di sana, ia duduk di pinggir kota merenungi negeri itu.

Seorang penduduk melihatnya. Ia mengenal bahwa itulah dia Nabi Yunus. Ia pun datang menemuinya, memeluk dan menciumnya. Sebentar saja tersebarlah berita bahwa Nabi Yunus telah kembali.

Rakyat termasuk raja Ninawa menyambutnya. Nabi Yunus pun hidup bersama umatnya dalam ketaatan kepada Allah SWT selama empat puluh tahun.

Seandainya ia bukan seorang yang banyak bertasbih, niscaya berada di perut ikan sampai hari dibangkitkan. (QS Ash-Shaffat 143-144)

Sumber : KH Husin Naparin